Sabtu, 10 November 2012

Kecerdikan Sukarno di Antara Dua Gajah Blok Timur dan Barat


(Bukti Efektifitas Diplomasi Sukarno Memainkan Peranan Sebagai Pemimpin Negara-Negara Dunia Ketiga di KAA Bandung untuk Merebut Papua Barat dari Tangan Belanda)

Oleh Sumantiri B. Sugeo
Pergololakan sejarah Indonesia dari tahun 1957 sampai 1958, merupakan pergolakan Pemimpin Revolusi Kemerdekaan Indonesia Sukarno yang bertentangan dengan beberapa negara barat (Belanda, Portugal dan Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Ada satu kalimat yang sampai sekarang sering kita dengar "Go to hell with your aid". Kata-kata yang sering diucapkan Presiden Sukarno pada waktu itu.

Sukarno menyampaikan pidato berapi-api di depan Kongres Amerika. Meminta AS lebih memahami persoalan yang terjadi di negara-negara baru merdeka yang ingin bebes dari intervensi asing dan bebas dari dukungan AS kepada negara-negara penjajah yang ingin masuk kembali. Untuk mewujudkan kemerdekaan yang abadi.
Sukarno membangun kebersamaan negara-negara baru berkembang dan Negara-negara baru merdeka yang umumnya berada di Asia dan Afrika untuk melakukan konfrensi Asia-Afrika di Bandung.

Bagi orang-orang CIA konfrensi tersebut adalah simbol permusuhan dengan AS dan penyelenggaraan ini harus digagalkan dengan melakukan berbagai aksi sabotase."Saya pikir, inilah waktunya kita menyeret kaki Sukarno ke bara api", Frank Wisner seorang Deputi Direktur Perencanaan CIA pada suatu hari di murim gugur.

Aksi AS untuk menggusur pemimpin revolusi kemerdekaan RI ini dilakukan baik dengan manufer diplomasi Goverment to Goverment sampai kepada skala skandal sex (bahkan ada rencana busuk CIA untuk membuat dan memanipulasi film Sukarno menjadi film porno) yang menjadi sorotan banyak orang. Semua hal ini dilakukan untuk menggagalkan Konfrensi Asia - Afrika yang ditakuti akan dijadikan icon bagi perlawanan kepada kaum-kaum imperialis.

Pada bulan April 1955, KAA akhirnya berhasil diselenggarakan di Bandung yang dihadiri oleh 22 pemimpin negara Asia dan 7 pemimpin negara-negera Afrika. Konfrensi ini dilakukan sebagai perlawanan terhadap Pakta Pertahanan Asia Tenggara (SEATO : The Southeast Asia Treaty Organization ) bentukan AS.

Sebagai pemimpin negara-negara dunia ketiga ia banyak melakukan perjalanan ke Uni Soviet dan China. Tapi juga ia bertamu ke Gedung Putih. Inti pesan Sukarno sederhana saja, negara-negara Asia - Afrika mau dibawa kemana?

Tawaran sangat menarik berdatangan dari mana-mana. Hal ini menyebabkan Indonesia berhasil mengumpulkan senjata dari sana-sini, dari yang modern sampai yang biasa, dari yang dibayar tempo sampai yang hanya hibah (suatu good diplomacy yang tidak pernah lagi ditemukan pada pemimpin-pemimpin Indonesia sekarang ini).

Senjata-senjata tersebut utamanya berasal dari Rusia dan China. Negara blok timur ini sangat agresif untuk menempatkan negara-negara anggota Asia Afrika menjadi bagian dari blok timur.

Sejatinya Sukarno dan pemimpin negara-negara KAA lainnya tidak akan kemana-mana. Anggota KAA merupakan negeri merdeka yang bebas dari blok manapun, tetapi baik blok timur maupun barat terlalu berharap banyak terhadap pengembangan pengaruh mereka di negara-negara ini.

Permainan cantik Sukarno inilah yang membuat Belanda ketar-ketir di ujung timur wilayah Nusantara. Apalagi Sukarno bisa membuktikan bahwa senjata-senjata Rusia dan China dapat memporak porandakan markas-markas Belanda di Papua Barat.

Inilah akhir dari penjajahan barat di Indonesia. Hal yang sangat menaikkan semangat dan martabat bangsa Indonesia yang baru saja merdeka, ternyata mampu memainkan peranan yang menundukkan dua blok besar.

Bukti bahwa kekuatan diplomasi Asia Afrika harus tetap dihidupkan terus, sebagai panggung politik kita di dunia internasional yang telah berkomitmen untuk memainkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Secara gamblang dapatlah kita katakan tidak ada KAA maka tidak ada politik bebas aktif yang efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar